watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

DOSA SEORANG ISTRI

Pengalaman-pengalaman saya ini dimulai pada
akhir tahun lalu, yang juga merupakan perkenalan
pertama saya dengan sebuah Website cerita
cerita dewasa.
Sebelum kejadian-kejadian tersebut, saya adalah
seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa
cacat (menurut saya lho). Umur saya 42 tahun.

Saya memiliki dua orang anak keduanya laki-laki.
Anak saya terbesar Tony berumur 15 tahun di
kelas tiga SMP, sedangkan sikecil Sandy masih
berusia 4 tahun. Suami saya bekerja di suatu
instansi pemerintah dan kami hidup normal dan
bahagia. Saya sendiri seorang sarjana dari
perguruan tinggi ternama di negara ini tetapi
memilih tidak bekerja. Saya taat beragama dan
mengenakan jilbab hingga sekarang.
Tetapi sejak kejadian-kejadian ini, saya merasa
sebagai wanita berdosa yang tidak lagi mampu
menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki
yang bukan suami sendiri. Membayangkan
kejadian-kejadian tersebut saya selalu ingin
menangis tetapi pada saat yang sama saya juga
didera oleh nafsu birahi membara yang tidak
mampu saya atasi.

Kejadiannya adalah sebagai berikut. Saat itu sore
hari sekitar jam tiga dan saya baru saja bangun
tidur dan Sandy masih tertidur di sebelah saya.
Sedangkan suami saya masih bekerja di kantor
nya.
Dari dalam kamar saya dapat mendengar suara
komputer yang dimainkan anak saya Tony di
ruang tengah yang berbatasan langsung dengan
kamar tidur saya. Kami berlangganan internet
(saya sering juga browsing di internet dan mahir
menggunakan komputer) dan sedangkan Tony
sering sekali menggunakan komputer, tetapi saya
tidak tahu persis apa yang dimainkan. Saya kira
dia hanya main game saja. Pintu kamar saya
agak terbuka.

Saya bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi
ketika saya menarik pintu, apa yang terlihat
membuat saya tertegun dan mengurungkan niat
tersebut. Apa yang terlihat dari balik pintu
membuat hati saya betul-betul terguncang.
Walau agak kurang jelas, saya masih dapat
melihat di layar komputer tampak sosok wanita
kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi
terlentang dan kaki terbuka dengan kemaluan
yang tampak jelas. Saya menjadi kesal karena
Tony yang masih anak-anak melihat hal-hal yang
sangat terlarang tersebut. Tetapi yang kemudian
membuat saya shock adalah setelah saya
menyadari bahwa Tony sedang mengurut-urut
penisnya. Dari dalam kamar saya dapat melihat
resleting celana Tony terbuka dan celananya agak
turun. Tony sedang duduk melihat layar sambil
mengusap-usap penisnya yang tampak berdiri
tegang dan kaku.

Sejak dia disunat lima tahun yang lalu saya,
hampir tidak pernah lagi melihat anak saya itu
telanjang. Tony sudah dapat mengurus dirinya
sendiri. Tinggi Tony sekitar 158 cm dan sudah
hampir sama dengan tinggi saya yang sekitar 162
cm. Samar-samar saya dapat melihat rambut
kemaluannya yang tampaknya masih sedikit.
Saya betul-betul tercengang melihat semua ini.
Kemaluannya memang tidak berukuran besar
tetapi melihat demikian kakunya batang anak ini
membuat saya tanpa sadar berdebar. Batang
kemaluannya tampak berwarna coklat kemerahan
dengan urat-urat yang menonjol kebiruan.
Samar-samar saya dapat mendengar napasnya
yang terengah. Tony sama sekali tidak menyadari
bahwa saya sudah bangun dan melihat
kelakuannya dari balik pintu.

Kejadian Tony membelai-belai kemaluannya ini
berlangsung terus selama lebih kurang empat-
lima menit lamanya. Yang mengagetkan adalah
reaksi kewanitaan tubuh saya, ternyata jantung
saya terasa berdebar keras menyaksikan batang
kemaluan yang demikian kaku dan berwarna
semakin merah, terutama bagian kepalanya.
Pandangan saya beralih-alih dari kemaluan wanita
telanjang di layar komputer ke batang anak saya
sendiri yang terus diusap-usapnya. Gerakan
tangannya semakin cepat dan mencengkeram
bagian kemaluannya dengan muka yang tampak
tegang memandangi layar monitor. Kepala
batang yang mengeras itu tampak diremas-
remasnya. Astaga .., dari lubang di kemaluannya
berleleran keluar cairan bening. Cairan kental
bening tersebut diusap-usap oleh jari Tony dan
dioles-oleskan ke seluruh kemaluannya. Kini ia
juga menekan-nekan dan meremas kantung pelir
dan dimainkannya bolanya. Kemaluan itu kini
tampak basah dan berkilap. Napas Tony
terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Saya
merasa napsu birahi saya muncul, tubuh saya
mulai gemetar dan darah mengalir di dalam
tubuh dengan deras. Napas sayapun mulai tak
teratur dan saya berusaha agar napas saya tak
terdengar oleh Tony.

Apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya
sangat tergetar. Tubuh Tony tampak mengejang
dengan kakinya agak terangkat lurus kaku,
sementara tangannya mencengkeram batang
kemaluan itu sekuat-kuatnya.
“Eeegh, heeggh .”, Tony mengerang agak keras,
dan ya ampun …, yang tidak saya sangka-sangka
akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang
kemaluannya terpancar cairan putih kental. Tony
yang saya anggap anak kecil itu memuncratkan
air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa
kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga
yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard
komputer. Tangan Tony mencengkeram kontol
yang memerah itu dan menariknya sekuatnya ke
pangkal batang. Ohhh .., kontol itu tampak kaku,
tegang, urat-urat menonjol keluar, mani muncrat
keatas. Melihat air mani muncrat seperti itu segera
saja saya merasakan lonjakan birahi yang luar
biasa di sekujur tubuh saya. Memek saya terasa
menjadi basah dan napas saya menjadi tersengal
sengal
Saya berusaha mengendalikan diri dari
rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam
perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh
menyaksikan anak saya dan terutama atas reaksi
tubuh saya seperti ini. Tony masih terus
mengurut-urut batang kontolnya dan air mani
yang tersisa tampak mengalir sedikit-sedikit dari
lubang kencing di kepala kontolnya. Tony
melumuri permukaan kontolnya dengan air mani
tadi dan terus menggosok-gosok kontolnya. Kini
kontol itu tampak diselimuti oleh mani berwarna
keputihan. Samar-samar saya dapat mencium
bau mani yang bertumpahan karena jarak saya
dengan Tony sebetulnya sangat dekat hanya dua
meteran.

Tony tampak mulai tenang dan napasnya
semakin teratur. Kontol yang berleleran air mani
mulai mengendur. Ia menghela napas panjang
dan tampak lega terpuaskan. Kontol itu sekarang
tampak terkulai kecil dan lemah berwarna
kecoklatan, sangat berbeda dengan kejadian
beberapa menit yang lalu. Tony kemudian berdiri
dan menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar
mandi dan menutup pintunya.
Seolah-olah ada yang menuntun, saya berjingkat
menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi.

Saya memandang lekat ke layar komputer,
mengagumi tubuh wanita muda berkulit putih
(orang Barat) yang telah mengundang nafsu anak
saya. Tanpa sadar saya menghela napas melihat
kemaluannya. Rambut jembutnya berwarna
kecoklatan tampak tertata seperti pernah dicukur.
Sesuatu yang tidak pernah saya lakukan pada
rambut kemaluan saya dan tak pernah terpikirkan
untuk melakukannya. Pandangan saya beralih ke
tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat
keyboard. Saya mengusap mani tersebut dengan
jari dan entah mengapa saya mencium dan
menjilati jari tangan saya yang berleleran dengan
mani. Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi
nafsu birahi saya terbangkit lagi. Saya tidak ingin
Tony curiga. Dari layar komputer saya melihat
address internetnya adalah ………. (tidak perlu
saya sebutkan) dan saya catat saja di dalam hati.
Saya berjingkat masuk kamar dan
membaringkan tubuh. Tak lama saya dengar
Tony kembali ke komputernya dan saya kira ia
sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia
muncratkan. Kemudian saya dengar ia bermain
game (kedengaran dari bunyi nya).

Lima belas menit kemudian saya pura-pura baru
saja terbangun dan keluar dari kamar. Sikap Tony
tampak agak canggung tetapi saya kira ia yakin
bahwa kejadian tadi tidak saya ketahui. Saya
sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi
apa-apa.
Sejak saat itu saya merasa ada perubahan luar
biasa pada diri saya. Sebelumnya saya melakukan
hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai
suatu hal yang rutin saja. Kejadian Tony
melakukan onani didepan computer membuat
saya menemukan sesuatu yang baru dalam hal
soal sex. Sesuatu yang menggairahkan, nafsu
birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus
perasaan dosa, karena ini dibangkitkan oleh
kejadian yang dilakukan anak saya sendiri. Apa
yang dilakukan anak saya membuat saya shock,
tetapi yang juga mengerikan adalah justru anak
saya sendiri membangkitkan nafsu birahi saya
yang menyala-nyala. Tony yang selalu saya
anggap anak masih kecil dan tidak mungkin
berhubungan dengan hal hal yang berbau sex
dan porno. Selalu terbayang di mata saya wajah
Tony dengan napas terengah engah dan muka
tegang, kocokan tangannya, batang kontol yang
berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat
yang menonjol. Air mani yang memuncrat-
muncrat dari lubang kontolnya. Ya Tuhan .. ,
KONTOL itu adalah milik anak saya.

Sejak kejadian itu saya sering terbayang penis
Tony yang sedang memuncrat - muncratkan air
maninya. Penis yang kaku itu tidak berukuran
besar, menurut saya tidak terlalu panjang dan
besar menurut usianya. Tetapi yang tidak dapat
saya lupakan adalah warnanya yang kemerahan
dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol.
Saat itu penis itu begitu tegang berdiri hampir
menyentuh perutnya. Jika mengingat dan
membayangkan kejadian itu, birahi saya
mendidih, terasa ada cairan merembes keluar dari
lubang kemaluan saya.
Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak
hari kejadian itu, saya mulai berkenalan dengan
dunia baru yang tidak pernah saya datangi
sebelumnya. Saya sudah biasa browsing di
Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal â
€œCerita Dewasa” saya mulai mengarungi
dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian
Tony onani, saya mulai membuka-buka situs â
€œCerita Dewasa” Tentu saja itu saya lakukan
pada saat tidak ada orang di rumah. Pembantu
saya, setelah melakukan tugas didalam rumah,
biasanya selalu mendekam dikamarnya. Tony
belum pulang dari sekolahnya, sedangkan Suami
saya masih di kantornya. Saya hanya berdua
dengan Sandy yang biasanya lebih senang
bermain di kamar tidur.

Saat itulah saya mulai mencoba-coba “Cerita
Dewasa” Saya tidak menyangka ada suatu
situs internet menyajikan cerita dan gambar
pornografi yang seperti itu. Saya membuka -
buka gambar wanita-wanita telanjang yang
tampak tidak malu-malu memperagakan bagian
kewanitaannya yang seharusnya ditutup rapat
rapat. Mereka tampaknya menikmati apa yang
mereka lakukan dengan mempertontonkan
bagian tubuhnya yang terlarang.
Pada hari itu saya mulai juga menemukan situs-
situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3 jam
saya berpindah-pindah dan mempelajari dunia
sexual penuh nafsu yang tidak pernah saya
bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan
bersetubuh dengan berbagai macam cara yang
tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan
yang tidak pernah saya praktekkan sebelumnya
dengan suami. Ada perempuan yang menghisap
penis berukuran sangat besar (kelihatannya lebih
besar dari penis suami saya) hingga penis itu
memuntahkan air maninya. Astaga, perempuan
itu membiarkan mani itu muncrat sampai
membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan
meminumnya tanpa ada rasa jijik.

Sejak saat itu setiap hari saya menjelajahi internet.
Saya mempelajari semua bentuk sex yang ada di
situs-situs itu. Penis orang negro yang hitam
legam dan panjang agak mengerikan bagi saya,
tetapi juga membangkitkan birahi saya.
Membayangkan penis hitam panjang itu
menembus kemaluan wanita, panas dingin saya
membayangkannya. Yang betul-betul baru buat
saya adalah anal-sex. Saya meraba-raba dubur
saya dan berpikir apakah tidak menyakitkan.
Tetapi wanita-wanita dengan lubang dubur yang
menganga dan tertembus penis itu tampaknya
terlihat nikmat nikmat saja.

Tetapi yang paling membangkitkan birahi saya
adalah persetubuhan orang Jepang. Mungkin
karena mereka sama-sama orang Asia, jadi
tampak lebih real dibandingkan dengan wanita
kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga
bagi saya, bahwa orang-orang Jepang yang
tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam
sex. Saya memang bukan orang keturunan
Chinese, tetapi kulit saya cukup putih untuk
ukuran orang Indonesia. Jadi saya melihat
semacam ada kesamaan antara diri saya dengan
wanita Jepang itu walau tentunya kulit saya tidak
seputih mereka. Yang agak surprise adalah
rambut kemaluan wanita wanita Jepang yang
cenderung hitam lebat, tidak dicukur seperti
kebanyakan orang kulit putih. Wanita Jepang juga
memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir memek yang
berwarna gelap kecoklatan, mirip seperti
kemaluan saya sendiri (Ya Allah, saya sampai
menuliskan hal-hal seperti ini, ampun ya Allah).

Saya juga mendapatkan suatu situs (kalau tidak
salah dari ……..com) di mana wanita-wanita
muda Jepang mengisap penis hingga muncrat
dan air mani yang sangat banyak berleleran di
mukanya yang berkulit putih. Saya selalu panas
dingin melihat itu, dan tanpa sadar saya
membayangkan lagi penis kecil Tony yang
tegang dan memuncratkan air maninya.
Kehidupan sex internet yang paling memabukkan
saya adalah cerita-cerita nafsu di “Cerita
Dewasa” dan melebihi segala suguhan gambar
sex yang ada. Saya sangat terangsang membaca
cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak saya sangka
bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia
dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling
merangsang dan membuat saya agak histeris
adalah cerita sex antara orang yang masih
sedarah, seperti antara tante dengan keponakan,
antara sepupu, saudara ipar, atau malah antara
anak dan mertua. Mungkin ini karena perasaan
saya terhadap Tony anak saya. Di situs lain, saya
pernah membaca cerita sexual antara anak
dengan ibunya. Saya sampai menangis
membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus
merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti
bahwa saya berniat menyetubuhi anak saya
sendiri, saya takut atas dosanya. Namun tidak
dapat saya pungkiri, bahwa saya terkadang
membayangkan kontol Tony yang sangat kaku
itu masuk ke dalam memek saya. Saya selalu
mohon ampun di tiap doa dan sembahyang,
tetapi pada saat sama saya juga tak berdaya.

Saya mulai membayangkan laki-laki dari keluarga
dekat saya, ipar-ipar saya. Saya kira kejadian
berikutnya yang akan saya ceritakan adalah takdir
yang tidak dapat saya hindarkan. Saya begitu
lemah dari godaan setan dan sangat menikmati
apa yang saya perbuat.
Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam
setengah empat, beberapa minggu setelah
kejadian saya memergoki Tony beronani, kalau
tidak salah dua atau tiga hari menjelang bulan
puasa Ramadhan. Saya baru saja selesai Ashar.
Sebelumnya saya baru menutup internet,
membaca cerita-cerita di “Cerita Dewasa”
Dengan shalat saya merasa agak tenang. Pada
saat shalat itu akan selesai, saya mendengar ada
ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu
harus menunggu saya selesai.
Sesudah selesai shalat saya intip dari dalam,
ternyata dia adalah Budi. Ia adalah suami dari ipar
(adik suami) saya. Saya sangat dekat dengan
Dian, istri Budi. Saya juga mempunyai hubungan
baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun,
berwajah tampan dengan kulit putih dan kuakui
lebih tampan dari suami saya. Perawakannya
tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama
dengan tinggi saya. Dia bekerja di instansi yang
sama dengan suami saya (mungkin hasil kkn
ya ?)
Melihat Budi di luar saya jadi agak terburu-buru.

Biasanya saya menemui orang yang bukan
suami dan anak (atau wanita) selalu dengan
mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup
rapat. Karena terburu-buru dan tanpa saya sadari,
saya hanya mengenakan baju tidur berkain halus
warna putih sebatas lutut berlengan pendek
dengan kancing-kancing di depan. Untung saya
masih sempat mengenakan secarik kain
selendang warna hitam untuk menutup kepala,
bukan jilbab, tetapi seperti selendang tradisional
yang diselempangkan di kepala hanya untuk
menutup rambut. Leher saya terbuka dan telinga
saya terlihat jelas. Apa boleh buat saya tidak dapat
membiarkan Budi menunggu saya didepan
rumah terlalu lama.
Saya membuka pintu. Budi tersenyum melihat
saya walaupun saya tahu dia agak heran melihat
saya tidak berpakaian seperti biasanya.
“Apa kabar kak Win”, sapanya, “Saya
membawakan titipan pakaian dari Dian, untuk
Sandy “.
“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan
saya persilakan dia masuk.
Saya lalu mengambil barang yang dibawa Budi
dan meletakkannya di meja makan. Meja makan
terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja
komputer. Ruang tengah berhubungan langsung
tanpa pembatas dengan ruang tamu di bagian
depan dan dapur di bagian kiri. Dapur dapat
terlihat jelas dari ruang tamu.


Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi
mengatakan “Saya tadi ketemu kak Kamal di
kantor katanya baru pulang jam enam nanti”.
Kamal adalah suami saya. “Mana anak-anak,
Win ?”, kata Budi lagi.
“Tony sedang main ke rumah teman dari siang
tadi dan katanya mungkin baru pulang agak
malam” kata saya. Tiba-tiba saya menyadari
bahwa kami hanya berdua saja. Terus terang,
Budi dan Dian adalah kerabat yang paling saya
sukai karena perangai mereka berdua yang sopan
dan terbuka.

Saya duduk di sofa di seberang agak ke samping
dari kursi sofa yang diduduki Budi. Pada saat saya
mulai duduk saya baru menyadari agak sulit
untuk duduk dengan rapi dan tertutup dengan
pakaian yang saya kenakan. Posisi alas duduk
sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk
lutut terasa tinggi dibandingkan dengan pantat.
Jadi bagian bawah paha saya agak terangkat
sedikit dan agak sulit tertutup sempurna dengan
pakaian seperti yang saya kenakan dan pada saat
duduk ujung pakaian tertarik sedikit ke atas lutut.
Budi tampak agak terkesiap melihat saya. Sekilas
ia melirik ke lutut dan paha saya yang memang
putih dan tidak pernah kena sinar matahari (saya
selalu berpakaian muslim ke luar rumah). Saya
agak malu dan canggung (saya kira Budi juga
tampak agak canggung). Tetapi kami sudah
bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri.

“Apa kabar Dian, Bud”, tanya saya.
“Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira
sudah semingguan lah”, kata Budi.
“Bagaimana Tony, Win ?, apa enggak ada
pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya.
“Yah, si Tony sudah mulai oke koq dengan
pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih
prestasinya terus-terusan bagus”, saya jawab.
Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya
Tony semakin getol main komputernya yah Win,
kan sudah hampir SMA”. Deg perasaan saya,
semua pengalaman internet jadi terbayang
kembali. Terutama terbayang pada Tony saat ia
beronani di depan komputernya.
“Eh, kenapa kak Win, koq kaya seperti orang
bingung sih ?”, Budi melihat perubahan sikap
saya.

“Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Tony memang
sering sekali main komputer.” kata saya. Saya
mendadak merasakan keberduaan yang
mendalam di ruangan itu. Saya merasa semakin
canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk
menghindar dari perasaan itu saya menawarkan
minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau
minum apa Bud ?”.
“Kalau tidak merepotkan, saya minta kopi saja
deh”, kata Budi. Saya tahu, Budi memang paling
suka minum kopi.
Saya bangkit berdiri dari sofa. Tanpa saya
sengaja, paha dan kaki saya sedikit terbuka pada
saat saya bangun berdiri. Walaupun sekilas, saya
melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha
saya, dan tampak agak gugup. Apakah dia
sempat melihat bagian dalam paha saya, pikir
saya di dalam hati.
“Tunggu sebentar ya..”, kata saya ke Budi.
Sebelum membuat kopi untuk Budi, saya ke
kamar tidur dulu untuk menengok Sandy. Sambil
menuju ke kamar saya melirik sebentar ke arah
Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia
mencuri pandang ke arah saya.


Saya tersadar bahwa penampilan pakaian saya
yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya.
Terutama sekali mungkin karena posisi duduk
saya tadi yang sedikit menyingkap bagian bawah
pakaian saya. Saya yang terbiasa berpakaian
muslim tertutup rapat, ternyata dengan pakaian
seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang
sopan, telah mengganggu dan menggugah
(sepertinya) perhatian Budi. Menyadari ini saya
merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh saya
terasa seperti dialiri perasaan hangat.
Anak saya Sandy masih tertidur nyenyak dengan
damainya. Tanpa sengaja saya melihat cermin
lemari pakaian dan menyaksikan penampilan saya
di kaca yang membuat saya terkesiap. Ternyata
pakaian yang saya kenakan tidak dapat
menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan
celana dalam) yang saya kenakan. Celana dalam
yang saya pakai terbuat dari bahan (agak tipis)
berwarna putih sedangkan kutangnya berwarna
hitam. Karena pakaian yang saya kenakan
berwarna putih dan terbuat dari bahan yang agak
halus maka celana dalam dan bh tadi tampak
terbayang dari luar. Ya ampun ., saya tidak
menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat
dengan leluasa. Saya menjadi merasa agak
jengah. Tetapi entah mengapa ada perasaan lain
yang muncul, saya merasa sexy dan ada
perasaan puas bahwa Budi memperhatikan
penampilan saya yang sudah cukup umur ini.

Tubuh saya tampak masih ramping dengan kulit
yang putih. Kecuali bagian perut saya tampak ada
sedikit berlemak. Budi yang saya anggap sopan
dan ramah itu ternyata memperhatikan tubuh
dan penampilan saya yang sebetulnya sudah
tidak muda lagi. Saya merasa nakal dan tiba-tiba
perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit.
Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet
melingkupi saya. Oh., bagaimana ini.. Aduh .,
birahi ini, apa yang harus dilakukan.
Saya jadi tidak bisa berpikir lurus. Saya berusaha
menenangkan diri tetapi tidak berhasil. Akhirnya
saya putuskan, saya akan melakukan sedikit
permainan, dan kita lihat saja apa nanti yang akan
terjadi. Saya merasa jatuh ke dalam takdir.
Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan
nakal, dan tangan agak gemetar, saya membuka
kancing baju saya yang paling bawah. Bagian
bawah dari baju saya sekarang tersibak hingga 15
cm di atas lutut. Mungkin bukan seberapa, tetapi
bagi saya sudah lebih dari cukup untuk
merasakan kenakalan birahi. Satu lagi kancing
baju yang paling atas saya buka sehingga bagian
atas yang mulai menggunduk dari susu saya
mulai terlihat. Payudara saya tidak besar,
berukuran sedang-sedang saja. Sambil berdebar-
debar saya keluar kamar menuju dapur.

“Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang saya
buat dulu kopinya.” kata saya. Saya dapat
merasakan Budi memandang saya dengan
perhatian yang lebih walaupun tetap sangat
sopan. Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi
pandangannya menyambar bagian bawah tubuh
saya. Saya tahu bahwa untuk setiap langkah
saya, pakaian bawah saya tersibak, sehingga ia
dapat melihat bagian paha saya yang mulai
sangat memutih, kira-kira 20 cm di atas lutut.
Saya merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi
dengan birahi. Saat itu saya tidak ingat lagi akan
suami dan anak. Pikiran saya sudah mulai
diselimuti oleh nafsu berahi.
Saya berpikir untuk menggoda Budi. Saya
membuka lemari dapur dan membungkuk untuk
mengambil tempat kopi dan gula. Saya sengaja
membungkukkan pinggang ke depan dengan
menjaga kaki tetap lurus. Baju saya bagian
belakang tertarik ke atas sekitar 20 cm di atas
lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju
karena ketatnya. Saya dapat merasakan Budi
memandangi tubuh saya terutama pantat dan
paha saya. Kepuasan melanda saya yang dapat
menarik perhatian Budi. Saya merasa Budi selalu
melirik-lirik saya ke dapur selama saya
menyiapkan kopi.


Secangkir kopi yang masih panas saya bawa ke
ruang tamu. Tepat di depan sofa ada meja
pendek untuk meletakkan penganan kecil atau
pun minuman. Saya berjongkok persis di
seberang Budi untuk meletakkan kopi. Saya
berjongkok dengan satu lutut di lantai sehingga
posisi kaki agak terbuka. Samar-samar saya
mendengar Budi mendesis. Sambil meletakkan
kopi saya lirik dia, dan ternyata ia mencuri
pandang ke arah paha-paha saya. Saya yakin ia
dapat melihat nyaris ke pangkal paha saya yang
tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok
seperti itu saya ajak dia ngobrol.
“Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu
dingin”, kata saya.
“Oh, ya, ya, terima kasih”, kata Budi sambil
mengambil kopi yang memang masih panas,
sambil kembali pandangannya menyambar ke
arah bagian dalam paha saya.


“Apa tidak berbahaya terlalu banyak minum kopi,
nanti ginjalnya kena”, tanya saya untuk mengisi
pembicaraan.
“Memang sih, tetapi saya sudah kebiasaan”, kata
Budi. Sekitar tiga menitan saya ngobrol dengan
Budi membicarakan masalah kopi, sambil tetap
menjaga posisi saya. Saya lihat Budi mulai gelisah
dan mukanya agak pucat. Apakah ia terangsang,
tanya saya dalam hati.
Saya kemudian bangkit dan duduk di sofa di
tempat semula saya duduk. Saya duduk dengan
menyilangkan kaki dan menumpangkan paha
yang satu ke atas paha yang lain. Saya melihat
lagi Budi sekilas melirik ke bagian tubuh saya .

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com

“Hemmhhh ..”, saya mendengar Budi menghela
napas. Bagian bawah baju saya tertarik jauh ke
atas hingga setengah paha, dan saya yakin Budi
dapat melihat paha saya yang terangkat (di atas
paha yang lain) hingga dekat ke pantat saya.
Kami terdiam beberapa saat. Secara perlahan
saya merasakan memek saya mulai berdenyut.
Suasana ini membuat saya mulai terangsang.
Pandangan saya tanpa terasa menyaksikan
sesuatu yang mengguncang dada. Saya melihat
mulai ada tonjolan di celana Budi di bagian dekat
pangkal paha. Dada saya berdebar-debar dan
darah terasa mendesir. Saya tidak sanggup
mengalihkan pandangan saya dari paha Budi.
Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan
membesar hingga tercetaklah bentuk seperti
batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat
saya mengejang. Saya merasa malu tetapi juga
dicengkeram perasaan birahi. Muka saya terasa
memerah. Saya yakin Budi pasti menyaksikan
saya memandangi tonjolan kontolnya.

Untuk memecahkan suasana diam saya berusaha
mencari omongan. Sebelumnya saya agak
menyandar pada sofa dan menurunkan kaki saya
dari kaki yang lain. Sekarang saya duduk biasa
dengan paha sejajar agak terbuka. Bagian bawah
baju saya tertarik ke atas.
“Ehhheeehh”, terdengar desah Budi. Kini ia dapat
melirik dan menyaksikan dengan leluasa kedua
belah paha saya hingga bagian atas. Sebagai
seorang ibu yang sudah beranak, paha saya
cukup berisi dengan sedikit lemak dan berwarna
putih. Budi seolah tidak dapat mengalihkan
pandangannya dari paha saya. Ohhhh .., saya
lihat tonjolan di celananya tampak berdenyut.
Saya merasakan nafsu yang menggejolak dan
pumya keinginan untuk meremas tonjolan itu.
“Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya
pucat lho”, astaga suara saya terdengar gemetar.
“Ah.., kak Win .., enggak … apa-apa kok”, suara
Budi terputus-putus, wajahnya agak tersipu,
merah dan tampak pucat.
“Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu
kenapa?”, kata saya sambil menggangukkan
kepala ke tonjolan di celananya. Ahh, saya malu
sekali waktu mengucapkan itu, tapi nafsu saya
mengalahkan semua pikiran normal.

“Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan kak
WIN beda sekali dengan biasanya” kata Budi jujur
sambil terbata-bata. Saya paksakan diri untuk
mengatakan.
“Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat kak
Win?”.
“Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan kak
Win .. eh . tidak biasanya. Kak Win mesti sudah
bisa lihat kalau saya terangsang. Kita kan sudah
bukan anak kecil lagi” kata Budi.
Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah
saya.
“Kak Win, . eh saya mohon mohon maaf, tapi
saya tidak sanggup menahan perasaan. Kak Win
jangan marah … ” begitu saja meluncur kata-kata
itu dari Budi. Ia mengucapkan dengan sangat
perasaan dan sopan. Saya terlongong-longong
saja mendengar kata - katanya..
“Ahh .. Bud .”, hanya itu kata yang terucap dari
mulut saya. Dengan beraninya Budi mulai
memegang tangan kanan saya dan mengusap-
usapnya dengan lembut. Diangkatnya tangan
saya dan diciumi dengan lembut. Dan yang
menggairahkan saya, jari-jari tangan saya dijilat
dan dihisapnya. Saya terbuai dan terangsang oleh
perbuatannya. Tiba-tiba saja diletakkannya tangan
saya tepat di atas kontolnya yang menonjol.

Tangan saya terasa mengejang menyentuh
benda yang keras dan liat tersebut. Terasa kontol
Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan
dan remasan tangan saya.
“Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa saya
mulai meremas-remas tonjolan itu, dan kontol
batang Budi terasa semakin bergerak-gerak.
“Oooh kak Win, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat
sekali .”, Budi mengerang.
“Eeehhh . jangan terlalu keras kak meremasnya,
ahh .. diusap-usap saja, saya takut tidak kuat
nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar.
Budi mulai membelai kepala saya dengan kedua
tangannya. “Kak Win lehernya putih sekali”,
katanya lagi. Saya merasa senang mendengar
ucapannya. Dibelainya rambut saya dengan
lembut sambil menatap muka saya. Saya
bergetar memandang tatapannya dan tidak
mampu melawan pandangannya. Budi mulai
menciumi pipi saya. Dikecupnya kedua mata saya
mesra. Digesek-gesekkannya hidungnya ke
hidung saya ke bibir saya berlama-lama
bergantian. Saat itu tidak hanya birahi yang
melanda saya .. tetapi juga perasaan sayang yang
muncul.

Ditempelkannya bibirnya ke bibir saya dan
digesek-gesekkan. Rasa geli dan panas terasa
menjalar merambat dari bibir saya ke seluruh
tubuh dan bermuara ke daerah selangkangan.
Saya benar-benar terbuai. Saya tidak lagi
mengusap-usap kontolnya dari balik celana, tetapi
kedua lengan saya sudah melingkari lehernya
tanpa sadar. Mata saya terpejam erat-erat
menikmati cumbuannya. Tiba-tiba terasa lidahnya
menerobos masuk mulut saya dan dijulurkannya
menyentuh ujung lidah saya. Dijilatinya lidah saya
dengan lidahnya. “Eenggghh ..” Tanpa sadar saya
menjulurkan lidah saya juga. Kini kami saling
menjilat dan napas saya tersengal-sengal
menikmati kelezatan rangsangan pada mulut
saya. Air ludah saya yang mengalir dijilati oleh
Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah
dan daerah bibir saya.
“Aaauungghh .. ooohhhh…”, saya mulai
mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar
memburu, “Heeeghh… hhnghh”, ia mulai
mendesah-desah. Muka kami sekarang
berlepotan ludah, bau ludah tercium tetapi sangat
saya nikmati. Dikenyot-kenyotnya lidah saya kini
sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut
saya. Saya membuka mulut saya selebar-
lebarnya untuk memudahkan Budi. Sekali-kali ia
menghirup cairan ludah saya. Saya tidak
menyangka, laki-laki yang sehari-hari tampak
sopan ini sangat menggila di dalam sex. Dijilat-
jilatnya juga leher saya. Sekali-kali leher saya
digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, saya
sangat menikmati yang ia lakukan pada saya.

Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Kak
Win, pakaiannya saya buka yaahh”. Tanpa
menunggu jawaban saya, ia mulai membuka
kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah.
Dilepaskannya baju saya. Sekarang saya tergolek
bersandar di sofa hanya dengan BH dan celana
dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas.
“Indah sekali badan kak Win. Putih sekali”,
katanya. Diusap-usapnya perut saya.
“Ahh, kak Win sudah tua dan tidak langsing lagi
kok Bud”, kata saya agak sedikit malu, karena
perut saya sudah agak gemuk dan mulai
membusung dengan adanya lemak-lemak. Tetapi
Budi tampak tidak perduli. Diciumnya lembut
perut saya dan dijilatnya sedikit pusar saya. Rasa
geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali
bermuara di daerah kemaluan saya.

Budi mengalihkan perhatiannya ke susu saya.
Diusap-usapnya susu saya dari balik BH.
Perasaan geli tetapi nyaman terasa pada susu
saya. Tanpa diminta saya buka BH saya. Kini
kedua susu saya terpampang tanpa penutup.
Bayu memandangi kedua gundukan di dada saya
dengan muka serius. Susu saya tidaklah besar
dan kini sudah agak menggantung dengan pentil
berwarna coklat muda. Kemudian ia mulai
membelai-belai kedua susu saya. Merinding
nikmat terasa susu saya. Semakin lama
belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh
nafsu. Kenikmatan terasa menerjang kedua susu
saya. Saya mengerang-erang menahan rasa
nikmat ini. Kini dijilatinya pentil susu yang sebelah
kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil
tadi dalam-dalam sambil meremas-remas susu.


Saya tidak dapat menahan nikmat dan tanpa
terasa tubuh saya menggeliat-geliat liar. Cairan
terasa merembes keluar memek saya dan
membasahi celana dalam yang saya kenakan. Kini
Budi berpindah ke susu dan pentil saya yang
sebelah kiri dan melakukan hal yang sama.
Dikenyutnya pentil saya sambil digigit-gigit, dan
diremas-remasnya pula kedua susu saya.
Perasaan nikmat membakar susu saya dan
semakin lama rasa nikmat itu menjalar ke lubang
memek saya. Memek saya terasa basah kuyup
oleh cairan yang keluar. Saya mengerang-erang
dan mengaduh-aduh menahan nikmat, “Oooohh
Buuuud..”.
Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana
dalam saya. “Ahhh, kak Win celananya sudah
basah sekali”, kata Budi. “Enghh, iya Buud.., kak
Win sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat
sekali”, kata saya. Tepat di bagian depan memek
saya, jari-jarinya membelai-belai bibir memek
melalui celana dalam. Rasa geli bercampur nimat
yang luar biasa menerjang memek saya. Saya
tidak dapat menahan rasa nikmat ini, dan
mengerang -erang.

Kemudian Budi menarik dan melepas celana saya.
Kini saya tergeletak menyandar di sofa tanpa
busana sama sekali.
“Ohh, indah sekali”, kata Budi. Diusap-usapnya
rambut jembut saya yang hitam lebat.
“Lebat sekali kak, sangat merangsang”, kata Budi.
Dibukanya kedua belah paha saya, dan didorong
hingga lutut saya menempel di perut dan dada.
Bibir-bibir memek saya kini terbuka lebar dan
dapat saya rasakan lubang memek saya terbuka.
Saya merasa ada cairan merembes keluar dari
dalam lubang memek. Saya sudah sangat
terangsang. Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai
dan ohhhhh, diciumnya memek saya.

“Ahh, jangan Bud, malu…, di situ kan bau”, kata
saya kagok.
“Bau nikmat kak”, kata Budi tidak perduli.
Dijilatinya memek saya. Perasaan nikmat
menyerbu daerah selangkangan saya. Saya tidak
dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menikmati
yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit saya, dan
sekali-sekali dijulurkannya lidahnya masuk ke
lubang memek yang sudah sangat basah itu.
Ujung lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan
saya, kemudian berpindah ke kelentit, terus
berganti-ganti. Tangan Budi meremas-remas
susu saya dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi
lidah dan mulutnya di memek saya. Kenikmatan
semakin memuncak di memek saya, dan terasa
menembus masuk hingga ke perut dan otak
saya. Saya tidak mampu lagi menahannya. Kedua
kaki saya mengejang-ngejang, saya menjepit
kepala Budi dengan tangan dan saya tarik sekuat-
kuatnya ke memek saya. Saya gosok-gosokkan
mukanya ke memek saya. “Oooh, Buuud, kak
Win keluar, ooooohhh …, nikmat sekali, oohhhh”
saya menjerit dan mengerang tanpa saya tahan
lagi.

Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk
memek dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan
nikmat itu melanda, dan tubuh saya terasa
mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan
itu lewat, tubuh saya terasa lemah tetapi lega dan
ringan. Kaki saya terjuntai lemah. Budi sudah
berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana
panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas
bersama dengan celana dalamnya.
Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa.
Budi ternyata memiliki kontol yang besar, tidak
sesuai dengan badannya yang sedang-sedang
ukurannya. Kontol itu berwarna coklat
kemerahan. Suami saya bertubuh lebih besar dari
Budi, tetapi kontol Budi ternyata luar biasa.
Astaga, ia mengocok-kocok kontol itu yang
berdiri kaku dan terlihat mengkedut - kedut.
Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari
lubang kencingnya. Tanpa saya sadari, tangan
saya menjulur maju dan membelai kontol itu.

Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Saya
remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, saya
peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang
dan keluar cairan bening menetes-netes dari
lubang di kepala kontolnya.
“Ahhhhh, jangan kak Win, saya nggak tahan,
nanti saya muncrat keluar”, bisiknya sambil
mengerang.
“Saya mau keluarkan di dalam memek kak Win
saja, boleh yahhh Kak ?”, kata Budi lagi.
“Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke memek
kak Win, ayoohh”, kata saya. Kontol yang keras
itu saya tarik dan tempelkan persis di depan
lubang memek saya yang basah kuyup oleh
cairan memek dan ludah Budi. Tidak sabar saya
rangkul pantat Budi, saya jepit pula dengan kedua
kaki saya, dan saya paksa tekan pinggulnya.

Ahhhhh, lubang memek saya terasa terdesak
oleh benda yang sangat besar, ohhhh dinding-
dinding memek saya terasa meregang.
Kenikmatan mendera memek saya kembali.
Kontol itu terus masuk menembus sedalam-
dalamnya. Dasar lubang memek saya sudah
tercapai, tetapi kontol itu masih lebih panjang lagi.
Belum pernah saya merasakan sensasi
kenikmatan seperti ini. Saya hanya tergolek
menikmati kebesaran kontol itu. Budi mulai
meremas-remas susu saya dengan kedua
tangannya. Tiba-tiba kontol itu mengenjot
memek saya keluar masuk dengan cepatnya.

Saya tidak mampu menahannya lagi, orgasme
kembali melanda, sementara kontol itu tetap
keluar masuk dipompa dengan cepat dan
bertenaga oleh Budi.
“Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat
lagi ..”. Saya merengek-rengek karena nikmatnya.
“Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar
kaak ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-
jadi. Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang.
“Ahhhuuuggh, saya keluar kaaaak .”, erang Budi
tertahan-tahan. Kontol Budi terbernam sedalam-
dalamnya. Crut .. cruutt . crutt, saya merasakan
ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam
memek saya seolah tanpa henti. Budi memeluk
saya erat-erat sambil menyemprotkan cairan
maninya didalam memekku. Mukanya tampak
menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar satu
menit ia meregang nikmat sambil memeluk saya.

Sesudah itu Budi menghela napas panjang. “Saya
tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, …
tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih kak
Win”. Diciuminya muka saya. Saya tidak dapat
berkata apa-apa. Air mata saya menetes keluar.
Saya sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi
saya juga menikmatinya sangat mendalam. Saat
itu saya juga merasakan penyesalan Budi. Saya
tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi
nasi sudah menjadi bubur.
Sejak kejadian itu, kami hanya pernah
mengulangi berzina satu kali. Itu kami lakukan
kira-kira di minggu ketiga bulan puasa, pada
malam hari. Yang kedua itu kami melakukannya
juga dengan menggebu-gebu. Sejak itu kami
tidak pernah melakukannya lagi hingga kini. Kami
masih sering bertemu, dan berpandangan penuh
arti. Tetapi kami tidak pernah sungguh-sungguh
untuk mencari kesempatan melakukannya. Budi
sangat sibuk dan saya harus mengurusi Ilham
yang masih kecil.

Saya masih terus didera nafsu sex setiap hari.
Saya masih terus bermain dengan internet dan
menjelajahi dunia sex internet. Saya terus
berusaha menekan birahi, tetapi saya merasa
tidak mampu. Mungkin suatu saat saya nanti saya
akan melakukannya lagi dengan Budi, dengan
segala dosa yang menyertai.


Adult | GO HOME | Exit
1/3097
U-ON

inc Powered by Xtgem.com